Perkembangan Kepercayaan Orang Tionghoa

Berbagai literatur memaparkan awal peradaban di Tiongkok bersumber dari tiga tokoh yang popular disebut The Three Legendary Founding Rulers atau Tiga Raja Legendaris ‘Bapak’ Peletak Dasar Peradaban Tionghoa. Raja pertama adalah Fu-hsi / Hok Hi (2953-2838 SM), Raja kedua adalah Shen Nung / Sin Long (2838— 2688 SM), dan Raja ketiga adalah Huangl Ti / UI Te (2688-2597 SM). Agama bersumber dari wahyu Tuhan dan diturunkan ke dunia seiring dengan perjalanan sejarah peradaban manusia itu sendiri. Fu-hsi memperoleh wahyu Hoo Tho (peta sungai Hoo), dikemudian hari ajaran nya itu terkenal dengan nama 1 Ching / Ya Kend atau ‘Kitab Perubahan’. Inti ajaran Fu-hsi berisi konsep tentang rahasia kejadian, evolusi dan perubahan alam (hal-hal ber sifat ketuhanan, roh dan keduniaan/kefanaan), serta menekankan perlu memelihara keselarasan antara manusia dengan alam semesta dan interaksi im-yang sebagai dua kekuatan kosmos berlawanan yang sating berinteraksi dan melengkapi seperti negatif¬positif, jasmani-rohani, malam-siang, dan sebagainya. Dr. Gondomono dalam karyanya berjudul Membanting Tulang Menyembah Anvah memaparkan, “Yin dan Yang adalah energi primordial di dalam dam semesta yang diwujudkan dalam dua unsur dasar yang ‘berlawanan’ tetapi saling melengkapi.

I Ching merupakan ajaran tentang kebajikan dan filosofi. Dalam buku An Anthology of I Ching karya W. A. Sherrill dan Wen Kuan Chu men jelaskan, “Bagi orang China, I Ching sama nilainya dengan Bible (pen: kitab sua), dan tidak ada buku lain yang sedemikian merasuk dalam hidup orang Tionghoa seperti halnya I Ching” .9 Dad 1 Ching diperoteh ilmu metafisika, astronomi, strategi militer, meditasi, kesehatan, penyembuhan spiritual, feng-shui / hong-sui (geomancy), dan pedoman memecahkan masalah (bukan ramalan). Bentuk pa-kua Fu-hsi terdapat di kitab kuno Lien Shan dinasti He, dan bersumber dari ajaran tersebut, King Wen (Raja Bun / Ki Ciang) dan putranya (Pangeran Chou / Ki Tan) menciptakan pa-kua seperti terdapat di kitab kuno Kuei Tsang dad dinasti aang (Siang ) agar dapat diterapkan demi manfaat manusia beserta ekosistem terkait..19 Pa-kua Fu-hsi disebut Pa-kua Langit Awal (Kodrati) / Susunan Surga Awal / Sian Thian Pat Kwa dengan diagram Hou-Tu berada dalam wilayah non empiris (pemikiran, ide, kerohanian), sedang pa-kua King Wen disebut Pa-kua Langit Lanjutan / Susunan Surga Kemudian / Ho Thian Pat Kwa dengan diagram Lo-Shu merupakan ilmu terapan.

Dasar peradaban yang dicanangkan Ketiga Raja Legendaris di atas dikembangkan oleh Raja Suci Yao / Tong Giauw dan Gi Sun pada tahun 2357-2198 SM dan mendapat bentuk seperti apa yang kemudian dikenal sebagai agama Ji Kau ( ) dan di belakang hari digenapi oleh Nabi Khonghucu. Jadi, Ji Kau merupakan cikal bakal agama Khonghucu. Ajaran I Ching dari Fu-hsi yang dikembangkan oleh para pertapa jaman purba itu dibaurkan dengan mistikisme, spiritualisme dan politheisme (pemujaan roh), se hingga menjadi ajaran I Ching tidak mumi dan sarat dengan hal-hal bersifat supranatural, gaib dan mistik. Kuttur dinasti He yang menganut sistem Ong Kau   (pendewaan kaisar dengan gelar Putra Allah beserta pemujaan Ieluhumya), berbaur dengan ajaran supranatural para pertapa jaman purba dan ajaran Ji Kau. Sinkretisme (perbauaran) ini dikenal sebagai bentuk kepercayaan dinasti He. Pota kepercayaan dinasti He dengan kandungan I Ching tidak mumi dan Ji Kau tidak mumi menjadi kepercayaan rakyat, dan diadopsi pula oleh berbagai dinasti di jaman sesudahnya, sehingga dapat bertahan lama hingga jauh di belakang hari. Di abad keenam SM muncul tiga agama besar di Tiongkok, secara kronologis adalah agama Tao, agama Khonghucu, dan agama Buddha.

Kendati ketiga agama besar itu, masing-masing pemah menempati kedudukkan sebagal agama resmi kerajaan (state _religion) pada masa pemerintahan kaisar-kaisar tertentu (agama Khonghucu berkesempatan paling lama dan amat dominan), namun temyata bentuk kepercayaan sinkretisme (perbauran) di atas tetap eksis, berperanan dan berpengaruh dominan. Bahkan di era dinasti Chou (Ciu ) dan Han () faktor ramalan dan mistikisme amat menonjol dalam agama. Dan kalangan Taois (Tao-ce / Tao-ka  ) menambahkan interpretasi baru tentang Yin-Yang yaitu Yang sebagai dunia manusia dan Yin sebagal dunia roh halus (arwah / setan). Golongan aliran supranatural itu kemudian disebut ‘kaum Yin-Yang’ (Yin-Yang Ce Im-Yang Ka). Di belakang hari kepercayaan sinkretisme di jaman sebelum Lao Tze oleh kalangan Taois dinamakan “Agama Purba”, kalangan Konfusianis menamakannya “Agama Ji Kau / Agama Khonghucu”, sedang para pakar menyebutnva “Agama Tradisional Orang Tionghoa”. Di jaman dinasti Ming / Bann timbul bentuk sinkretisme antara ketiga agama besar Khonghucu, Tao dan Buddha yang di Indonesia disebut Tridharma (San Ciao / Sam Kao).