Po An Kong Tek Thay Cun Ong
Guang Ze Zun Wang (Kong Tek Cun Ong-Hokkian) disebut juga Bao An Zun Wang (Po An Cun Ong-Hokkian). Secara umum Guang Zi Zun Wang disebut sebagai Guo Sheng Wang (Kwee Seng Ong-Ho-kkian), karena berasal dari keluarga Guo(Kwee). Guo Sheng Wang be-rasal dari kota Quanzhou, kabupaten Nanan, propinsi Fujian. Ia hidup pada jaman Dinasti Song dan nama aslinya Guo Hong Fu (Kwee Ang Hok-Hokkian).
Menurut cerita yang banyak beredar, Guo Hong Fu pada waktu kecil bekerja sebagai gembala pada seorang tuan tanah yang sangat kikir. Ia hidup bersama ibunya yang sudah tua. Berkat bimbingan sang ibu ini, Hong Fu menjadi seorang anak yang rajin bekeija dan berbudi luhur. Pagi-pagi ia sudah bangun, dengan riang gembira pergi mengembala teraak yang dipercayakan kepadanya. Pada suatu hari sang hartawan mengundang seorang ahli Feng-shui (Hong-swi-Hokkian) untuk memperbaiki kuburan lehuhurnya. Selama tinggal di rumah hartawan ia berkenalan dengan Guo Hong Fu. Ia sangat tertarik pada pribadi anak gembala itu. Mereka menjadi sahabat baik meskipun usia mereka berbeda jauh. Karena kekikiran sang hartawan, seririgkali tukang Feng-shui ini hanya diberi makanan nasi dari Tiank seadanya. Hong Fu sangat iba pada orang tua ini.maka ia rela menyisihkan jatah nasinya untuk sahabatnya itu. Si tukang Feng-shui sangat berterima kasih atas kebaikan Hong-Fu. Untuk membalas budi anak ini, ia memberikan petunjuk agar memindahkan makam ayahnya ke suatu tempat yang menurut perhitungan fengshui bagus, agar kelak hidupnya bahagia. Ia mengikuti petunjuk sang ahli Feng-shui atas persetujuan ibunya. Guo Hong Fu menggali kuburan ayahnya, mencuci tulangnya ke rampai bersih, membungkusnya dengan kain, di masukkan ke dalam periuk tanah liat dan dikubur lagi di suatu tempat “Mulai sekarang, kau harus menggembalakan ternakmu di sekitar tempat ini, sampai ada seorang lelaki bertudung besi menuntun kerbau dengan seorang anak lelaki yang beijalan di bawah perut kerbau lewat di situ. Tempat dimana kau meiihat mereka arah letak Feng shui yang terbaik dan kuburlah tulang-tulang avahmu di situ”, pesan si ahli Feng-shui. Begitulah, dengan sabar Hong Fu menunggu sambil menggembalakan dengan periuk tanah berisi tulang belulang ayahnya tak pernah lepas dari gendongannya.
Suatu siang yang cerah mendadak berubah menjadi gelap dengan petir rae-nyambar-nyambar dan hujan turun dengan lebatnya. Hong Fu tak sempat menggiring pulang temaknya, sehingga terpaksa berteduh di bawah pohon besar. Saat ia beerteduh, dari arah tikungan muncul seorang lelaki menuntun kerbau dengan terburu-buru. Ia menggunakan wajan besi untuk melindungi kepalanya dari hujan dan anaknya yang masih kecil berlindung di bawah perut kerbaunya. Melihat itu Hong Fu tertegun. Ia segera sadar akan pesan sang ahli Feng-shui. Tanpa memperdulikan hujan yang masih mengucur, ia segera menggali di tempat dimana pertama kali ia melihat mereka dan menanamkan periuk berisi tulang ayahnya di situ. Dan aneh, begitu periuk di masukkan ke dalamnya, lubang itu segera menutup sendiri. Dengan riang hati, Guo Hong Fu menggiring ternaknya pulang. Waktu terus berlalu, pada suatu hari desa dimana Hong Fu tinggal diserbu kawanan perampok yang ganas. Sasaran utama kawanan berandal itu adalah tempat hartawan kikir di mana Hong Fu bekerja. Mereka merampok harta benda dan membakar rumah-nya. Karena kekhawatiran akan kobaran api yang mulai menjalar ke tempat tinggalnya Guo Hong Fu meloncat keluar dari jendela. Anehnya begitu melihat dia kawanan rampoksegera lari kalang kabut, api besar yang dilewati Hong Fu pun lalu mengecil dan padam seperti di guyur oleh air. Hong Fu tidak menyadari hal itu, warga kampung yang menyaksikan kejadian ajaib itu terbengong keheranan. Sejak kejadian itu, semua orang menaruh hormat, kepadanya, lebih-lebih sang hartawan kikir. Hong Fu tidak memper-kenankan menggembala lagi, tapi diberi tUnjangan hidup agar dapat hidup lebih layak bersama ibunya.
Pada suatu hari, setelah dewasa. Hong Fu mendapat bisikan suci bahwa ia akan menerima anugerah Tuhan untuk menjadi orang suci. Ia menceritakan hal itu kepada ibunya. Ia lalu mandi, keramas dan bersemedi dalam kamar sepanjang hari. Menjelang senja, sang ibu yang melihat putranya sejak pagi tidak keluar dari kamar, lalu rnendorong pintu kamar, tempat putranya bersemedi. alangkah kagetnya ia ketika menyaksikan tubuh Hong Fu bersama kursinya terapung di udara dalam keadaan semedi. Tanpa pikir panjang, ia segera menarik kaki putranya ke bawah, tapi terasa kaki putranya telah dingin dan kaku. Ia baru menyadari ternyata putranya telah berpulang. Sejak itu penduduk kampung selalu menghormati Guo Hong Fu dan memuja sebagai orang suci dengan mendirikan kelenteng.
Belakangan, karena Hong Fu sering muncul dan memberikan pertolongan jika terjadi bencana alam, maka penduduk memberinya gelar Guang Ze Zun Wang yang berarti “Raja Mulia yang memberi berkah berlimpah” atau secara singkat disebut Guo Sheng Wang (Kwee Seng Ong-Hokkian).
GuoSheng Wang ditampilkan sebagai seorang pemuda memakai baju ke-besaran dengan kaki yang satu bersila dan yang lain teijulur ke bawah, seperti waktu ia ditarik oleh ibunya. Hari lahirnya diperingati pada tanggal 22 bulan 8 Imlik, dan wafatnya pada tanggal 22 bulan 2 Imlik.
Sebuah versi lain, mengatakan bahvva sebetulnya yang dianggap sebagai Guo Sheng Wang adalah seorang Raja Muda yang hidup pada jaman Di-nasti Tang yakni Guo Zi Yi (Kwee Cu Gi-Hokkian). Ia bergelar Fen Yang Wang (Hun Yang Ong-Hokkian) atau Raja Muda dari Fen-yang. Guo Zi Yi berjasa besar dalam menumpas pemberontakan An Lu Shan yang pada waktu itu nyaris meruntuhkan Dinasti Tang. Secara umum Guo Zi Yi disebut Guo Fen Yang Gong. Ia banyak dipuja oleh keluarga Guo (Kwee-Ho-kkian) sebagai pelindungnya, hari lahirnya diperingati pada hari yang sama dengan Guo Sheng Wang.
Pemujaan Guang Ze Zun Wang dan Guo Fen Yang Gong ini terutama dilakukan di daerah Nanan, propinsi Fujian tempat dimana Guo Sheng Wang berasal. Pemujaan ini kemudian dibawa oleh imigran ke Taiwan dan Asia Tenggara.
Bagi orang bermarga Guo, memang Guo Zi Yi sangat membanggakan. Ia adalah seorang menteri yang paling dihormati dan jasanya besar, dalam sejarah Dinasti Tang, tak ada seorang menteri yang demikian besar memperoleh penghargaan kecuali dia seorang. Bebe-rapa kali ia berhasil menyelamatkan kerajaan dari keruntuhan. Pada waktu itu pemberontakAn Lu Shan berhasil menyerbu masuk dan menduduki Chang-an, ibukota kerajaan, KaisarMing Huang terpaksa menyingkir, pasukan kerajaan tercerai berai. Adalah Guo Zi Yi, yang pada waktu itu menjabat sebagai GubernurMiliter di wilayah utara, berhasil menghimpun tentara rakyat, afean mengadakan serangan balasan: Chang-an (sekarang adalah kota Xian ibukota propinsi Shanxi Cina barat laut) berhasil direbut kembali pada tahun 757 Masehi, dan sebulan kemudian Luo-yang (ibukota lama) pun berhasil dibebaskan. Pemberontakan An Lu Shan berhasil dipadamkan, dan Kaisar kembali ke ibukota.
Melihat kekuasaan militernya sangat besar, Kaisar takut kalau ia nanti memberontak, lalu meminta menyerahkan kembali mandatnya itu. Guo tanpa banyak bicara, segera kembali ke ibukota dan menyerahkan kembali kekuasaannya. Pada waktu itu, anak buah An Lu Shan, Shi Si Ming bangkit dan menduduki Luo-yang kembali. Kerajaan kembali goncang. Apalagi terjadi juga beberapa pergolakan tentara di Shanxi dan Hebei. Akhirnya kaisar menumpukkan harapannya pada Guo Zi Yi. Kekuasaan militer Guo Zi Yi lalu dipulihkan kembali. Pergolakan tentara di dua propinsi itu dapat dibereskan dan pemberontakan Shi Si Ming ditumpas dan Luo yang direbut kembali.
Kaisar Xiao Zong (Li Heng) meninggal. penggantinya adalah Dai Zong (Li Yu). Dia pun was-was akan kekuasaan Guo Zi Yi atas militer yang demikian besar. Guo diminta untuk menyerahkan kembali kekuasaannya, karena keadaan negeri sudah aman. Dengan senang hati Guo Zi Yi kembali ke Chang-an dan mengnadap Kaisar, dan menyerahkan kekuasaannya. Ia kemudian dianugerahi pangkat sebagai Raja Muda Fen-Yang.
Dalam usianya yang menjelang senja, Guo masih membuat lagi jasa besar yang betul-betul mengoncangkan kerajaan. Yang pertama adalah dengan seorang diri berhasil mengundurkan angkatan perang suku Hui-he. Saat itu kerajaan Tang yang beberapa kali diguncang pemberontakan sudah mulai lemah. Beberapa suku perbatasan melihat kesempatan lalu menyerbu masuk. Kota raja Chang-an terancam. Kaisar sekali lagi lalu berpaling kepada Guo Zi Yi. Ia menganugerahkan pangkat Shang-shu-ling (pangkat menteri yang paling tinggi pada jaman dinasti Tang) kepadanya. Guo menolak jabatan ini, tapi tugas negara tetap dilaksanakannya. Dengan secepatnya ia memobilisasi rakyat, dan dengan pasukan milisi ini ia berangkat ke medan perang. Kemudian dengan ditemani kedua pengawalnya yang tak bersenjata, Guo meninggalkan pasukannya dan pergi ke depan kubu Hui-He. Orang-orang Hui-He kaget sekali melihat kedatangan Guo. Semula mereka mengira Guo sudah meninggal. Serta-merta pasukan Hui-he menjadi kacau dan lari tercerai berai.
Tanpa terjadi pertumpahan darah, Guo Zi Yi berhasil memukul mundur pasukan Hui-He.
Yang kedua kalinya adalah pada waktu suku Turfan berhasil men-duduki Chang-an. Kaisar terpaksa mengungsi ke timur. Guo Zi Yi pada waktu itu berada di Xian-yang. Segera ia mengumpulkan pa-sukan. Hanya mendengar namanya, pasukan Turfan kemudian meng-undurkan diri dan Chang-an direbut kembali. Kewibawaan Guo Zi Yi sungguh besar, sehingga para suku-suku perbatasan segan padanya.
Kedua peristiwa ini telah mengangkat nama Guo Zi Yi menjadi pujaan masyarakat pada masa itu. Dari kalangan rakyat sampai bangsawan dan Kaisar sekalipun tak ada yang tidak menghormatinya. Dalam umur 70 tahun itu, Ia ternyata masih bisa berbuat jasa besar untuk negeri. Ia menjadi tokoh legendaris. Tidak hanya seorang tokoh militer yang cakap, juga seorang menteri teladan, yang sangat setia pada kaisarnya. Umumnya apabila seseorang telah memegang kekuasaan militer yang besar, ia tentu berusaha memperkokoh keduduk-annya dan melihat kesempatan untukmemberontak. Tapi Guo Zi Yi lain, ia tidak berambisi, semua kekuasaan dikembalikan pada Kaisar pada diminta. Ia menjadi menteri teladan dari jaman ke jaman.
Pada umur yang ke 80 tahun ia mengundurkan diri secara resmi dan meninggal dalam usia 85 tahun. Ia dikatakan mempunyai tujuh orang anak, yang semuanya laki-laki. Sebab itu ia dipuja juga sebagai lambang Dewa Kebahagiaan atau Dewa Keturunan, yang merupakan salah satu dari Cai-zi-shou (Dewa Kekayaan, Dewa Keturunan dan Dewa Panjang Usia).